PERFECTIONISM

By waluyo on 6:27 PM

Seorang guru SD (Sekolah Dasar) di salah satu propinsi di Pulau Sumatera sedang menyelesaikan pendidikan pascasarjanya di UNJ (Universitas Negeri Jakarta). Ibu ini jika dilihat dari facenya sudah berumur sekitar tiga puluh lima tahun ke atas. Dia dikaruniai dua orang putra, yang pertama berumur 13 tahun dan yang kecil sedang sekolah di bangku sekolah dasar. Kedua buah hatinya ini adalah hasil pernikahannya dengan seorang laki-laki yang pendidikannya jauh di bawahnya.

Julio, itulah nama anak pertamanya. Rasa bahagia pun membuncah. Berbagai harapan dan angan-angan merasuki alam pikirannya. Adalah suatu kewajaran, setiap orang tua memiliki harapan dan angan-angan bahwa anaknya nanti harus lebih baik darinya, kalau mungkin justeru harus menjadi manusia yang paling sempurna di muka bumi ini. Perlahan namun pasti, harapan dan angan-angan itu menelisik lebih dalam ke hatinya yang kemudian mendorongnya untuk menyusun berbagai prosedur dan instruksi yang menurutnya akan mengantarkan harapan dan angan-angannya itu menuju singgasana impian.

Seiring berjalannya waktu, prosedur dan instruksi itu pun diterapkan dalam kehidupan Julio. Satu, dua, tiga…… tahun Julio hidup di bawah arahan dan kendali juklak kesempurnaan. Seperangkat reward dan punishment pun selalu mengawal ketat dalam setiap perjalanan nafas yang terus naik turun mengarungi hamparan fatamorgana kehidupan.

Tingginya temperatur panas prosedur dan instruksi menyengat hingga memeras cairan sunsum-sunsum tulang serta dalamnya penyelaman harapan dan angan-angan ibunya ternyata telah menenggelamkan dirinya ke dalam gelapnya dasar sungai yang pekat dengan lumpur-lumpur hitam.

Karena energinya telah terkuras, Julio pun kesulitan untuk sekedar mengangkat pelupuk matanya. Julio tidak tahu lagi di mana sekarang dirinya berada. Dia berusaha sekuat tenaga mendesak pekatnya air yang telah keruh akibat tercemar hitamnya lumpur, hanya sekedar untuk mencari lubang sempit yang harapannya dapat menemukan titik cahaya, sehela oksigen, dan setetes air murni.

Dia tak menyerah sedikit pun. Segala upaya dilakukannya untuk dapat meronta dan mengeluarkan air mata. Namun, ternyata dia semakin tak berdaya. Saat itulah, sang ibu menjerit dan air matanya membanjiri altar merah pipinya yang mulai kusut termakan usia.

Pelan namun pasti, harapan dan angan-angannya merangkak naik ke alam kesadarannya. Prosedur dan instruksi yang selama ini menyelimuti tubuh Julio dirennggangkan supaya semilir angin dapat masuk mengelus kulit halusnya. Begitu pula sang pengawal, reward dan punishment telah dipecatnya. Sekarang, Julio sedang belajar merangkak agar dapat berdiri tegak di atas kakinya sendiri dan menjadi manusia yang dia adalah dia yang khas dan unik.

Setiap anak memiliki kekhasan dan keunikan masing-masing yang itu kemudian membedakannya dengan anak lainnya. Kekhasan dan keunikan yang ada dalam diri seorang anak merupakan status yang akan memperjelas jati dirinya. Julio dan Ibunya, keduanya secara nasab (garis keturunan) statusnya adalah anak dan ibu kandung. Memang, dalam diri Julio mengalir darah ibunya yang itu berarti mengalir pula berbagai potensi yang dimiliki oleh sang ibu. Namun, selain itu ada pula aliran potensi hereditas sang ayah. Kita semua belum tahu potensi dari aliran mana yang memiliki daya paling kuat dalam diri Julio. Boleh jadi, kedua potensi itu berkalaborasi atau malah potensi kakek dan neneknya yang ketika berada dalam diri ayah dan ibunya tidak terlalu dominan, namun ketika berada dalam diri Julio justeru memiliki daya yang kuat.

Kita tidak dapat memungkiri bahwa yang namanya keinginan itu memang secara fitrah akan memunculkan impuls-impuls animalistis dan chaostis yang menuntut pemuasan.[1] Jika keinginannya ini tidak terpenuhi maka akan terjadi ketegangan. Oleh karenanya dia akan sangat senang dan lega jika apa yang diinginkannya terpenuhi. Hanya saja, untuk terpenuhinya keinginan itu ia sering mengaburkan realita. Ia tidak mempedulikan apakah keinginannya itu realistis atau tidak.[2]

Dalam ilustrasi di atas tampak nyata, bahwa sang ibu berkeinginan menjadikan Julio tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sempurna. Untuk memuluskan keinginannya itu sang ibu kemudian membuat berbagai prosedur dan instruksi yang dalam persepsinya akan mengantarkan Julio menjadi manusia yang diinginankannya. Menurut keterangan yang dipaparkan oleh Julio sendiri kepada saya, hidupnya dia telah disetting sedemikian rupa. Kapan harus tidur, bangun, makan, belajar, mandi, bermain, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan dia sudah terjadwal dengan rapi. Kondisi seperti itu, rupanya telah berlangsung semenjak dia kecil sampai menginjak bangku SMP. Setiap hari dia harus les mata pelajaran ini, itu, dan begitu seterusnya dalam suatu pengawasan yang ketat.

Saya yakin harapan dan keinginan sang ibu itu sangatlah mulia. Orang tua mana yang tidak ingin melihat anaknya sukses? Adalah munafik jika mengatakan tidak ingin. Karena dengan memiliki anak yang sukses, orang tua akan mendapat penghargaan dari masyarakat bahwa dia orang yang telah berhasil mendidik anaknya dengan baik, semakin dihormati, perkataannya didengarkan dan perintahnya dipatuhi oleh orang lain. Sebaliknya, jika orang tua memiliki anak yang gagal maka dia akan merasa diadili dan divonis oleh masyarakat sebagai orang yang gagal dalam mendidik anak. Begitu juga dengan ibunya Julio. Misi dan visinya sebenarnya sudah bagus, hanya saja beliau kurang mempertimbangkan kondisi riil Julio yang sangat syarat dengan prinsip individual differences.

Selama saya mengenalnya, Julio merupakan anak yang memiliki potensi cukup baik di bidang selain akademik. Selama ini, nilai akademik dia memang kurang memuaskan sehingga ada beberapa guru yang kemudian memotivasinya dengan cara yang kurang semestinya, walaupun hasilnya tetap nihil. Namun, pada suatu acara pentas seni saya begitu menikmati peran dan aksi dia di atas panggung. Sebelum itu, saya juga dibuat terharu dengan sikap dan perilakunya. Saat saya sedang mencuci WC sendirian, dia tergopoh-gopoh menawarkan diri untuk membantu saya padahal selama ini dia telah diberi atribut oleh teman-temannya sebagai anak yang malas. Ini artinya, dia memiliki suatu potensi lain yang akan membuat kakinya tegak berdiri.

Potensi lain inilah yang kurang mendapat perhatian dan pertimbangan dari sang ibu dalam menyusun serta menerapkan prosedur dan instruksi. Ibunya masih berpandangan bahwa semua anak memiliki potensi yang sama. Pandangan seperti inilah yang kemudian oleh Freud disebut dengan predicate thinking atau berfikir predikat yang akan menghasilkan suatu jalan pikiran kacau.[3] Karena itu, prosedur dan instruksi yang diterapkan bukannya mewujudkan keinginan dan harapannya, namun justeru menjadi bumerang bagi dirinya dan Julio.

Bagi sang ibu, jika prosedur dan instruksi ini terus dipertahankan maka dia akan menjadi orang yang banyak menghayal. Bahkan mungkin dia akan melakukan segala cara untuk mewujudkannya, walaupun dengan mengabaikan etika. Misalnya, dengan pemaksaan, kekerasan, intimidasi, agresif, dan lain sebagainya.

Mengenai hal ini, Julio juga menuturkan bahwa dirinya diperlakukan dengan cara seperti itu. Sang ibu di kemudian hari juga mengakui hal itu kepada saya. Julio dipaksa untuk mengikuti dan mematuhi prosedur dan instruksi itu walaupun sebenarnya dia tidak dapat menjangkaunya. Karena perlakuan ibunya itu berlangsung cukup lama dan dirasa oleh Julio sangat menyakitkan maka seiring perjalanannya waktu Julio tumbuh dan berkembang menjadi anak yang suka memberontak, malas belajar, dan semaunya sendiri. Sehingga potensi dirinya tidak dapat berkembang dan teraktualisasi dengan semestinya. Ketika saya tanya, sikap dan perilakunya itu tidak lain adalah dalam upaya menghindarkan diri dari rasa sakit itu.

Pengalaman masa kecil itu ternyata sangat membekas dalam diri Julio dan berpengaruh signifikan pada kehidupan dia selanjutnya. Hal ini, tampak jelas ketika terakhir kali saya bertemu. Walaupun secara jasad dia telah berpisah jauh dan jarang bertemu dengan ibunya, namun sikap dan perilakunya itu belum berubah secara signifikan. Dalam beberapa hal memang telah terjadi perubahan.

Alhamdulillah setelah beberapa kali bertemu, berdiskusi, dan berkoordinasi dengan ibunya, sekarang ibunya telah sadar, memahami, dan mau menerima Julio apa adanya dengan tanpa ada syarat serta berkenan memperbaiki strateginya. Begitu pula dengan Julio, dia tampak sudah tidak antipati lagi dengan sang ibu dan siap untuk berubah.

Tanpa sadar fenomena Julio dan ibunya telah memberi banyak sekali hikmah yang sangat penting kepada saya sebagai bekal untuk kehidupan saya ke depan. Ada beberapa point yang saya anggap penting dari kejadian itu, antara lain:

  1. Anak itu unik dan khas, artinya setiap anak memiliki potensi yang berbeda antara satu dengan lainnya.
  2. Memaksakan anak untuk menjadi orang lain adalah suatu tindak kriminal.
  3. Menerima anak apa adanya adalah bentuk penghargaan terhadap anak.
  4. Suatu harapan dan keinginan hendaknya disesuaikan dan dikomunikasikan dengan realita dan norma-norma etika.

[1] J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

[2] Calvin S. Hall, Libido Kekuasaan Sigmund Freud, Yogyakarta: Tarawang, 2000.

[3] -------ibid

Comments

13 Response to 'PERFECTIONISM'

  1. nuranuraniku.blogspot.com
    http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/perfectionism.html?showComment=1249698619560#c485535833144510743'> August 7, 2009 at 7:30 PM

    salam sobat ,,salut benar pada ibu guru yang sudah berumur 35 th itu,,tetap semangat menyelesaikan pasca sarjananya.

     

  2. waluyo
    http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/perfectionism.html?showComment=1249699284088#c2259804842176676540'> August 7, 2009 at 7:41 PM

    @ Nura: ya, Bu. beliau memang prigel atau telaten dan tidak gampang menyerah dengan keadaan. makasih tas komentnya.....sehat selalu ya Bu!

     

  3. namaku wendy
    http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/perfectionism.html?showComment=1249703533355#c3491078852362329321'> August 7, 2009 at 8:52 PM

    semangat..semangat..semangat!!!

     

  4. Zahra Lathifa
    http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/perfectionism.html?showComment=1249715389704#c2466809469317508414'> August 8, 2009 at 12:09 AM

    hhmmm, mantap bgt nech! thanks for sharing ya...:)

     

  5. Unknown
    http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/perfectionism.html?showComment=1249718300765#c4271928127686211064'> August 8, 2009 at 12:58 AM

    wah, ibunya ambisius banget ya. untung dia segera sadar. kalo enggak, kasihan si Julio.

     

  6. Aisha
    http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/perfectionism.html?showComment=1249728841911#c5298046994456068178'> August 8, 2009 at 3:54 AM

    wah..kisahnya mirip kisah saya dengan ibu saya bro.Dulu saya sering berontak, tapi setelah dewasa mengerti akan pentingnya harapan ibu terhadap saya,dan juga demi kepentingan saya sendiri,saya menyesal dan sadar.Nice posting bro.Btw linknya sudah saya add.makasih ya..

     

  7. reni
    http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/perfectionism.html?showComment=1249739907973#c3080232271776687195'> August 8, 2009 at 6:58 AM

    Wow..., postingan yg lengkap dan detail sekali... Kesimpulan akhirnya mantap sekali. Salut banget !!

     

  8. Unknown
    http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/perfectionism.html?showComment=1249806381503#c6240175534071605958'> August 9, 2009 at 1:26 AM

    met hari minggu.

     

  9. attayaya
    http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/perfectionism.html?showComment=1249806783243#c292073865553160375'> August 9, 2009 at 1:33 AM

    link waluyo next udah terpasang juga bro
    tengkyu ya

     

  10. Cik Skaf
    http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/perfectionism.html?showComment=1249830244288#c4116171402094096680'> August 9, 2009 at 8:04 AM

    salam silaturrahim. Terima kasih atas ziarah ke blog saya. Nice entry.Kekuatan semangat itulah yang sgt penting demi meneruskan kehidupan.

    * mari kita bertukar link. :) Moga berterusan ukhuwahnya ya!

     

  11. Cik Skaf
    http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/perfectionism.html?showComment=1249830560633#c8840426805502793576'> August 9, 2009 at 8:09 AM

    sambungan pada komennya - benar tu, setiap ibu bapa tidak harus membentuk anak mengikut apa yg diingininya, tetapi perlu mengikut kesesuaian dan minat si anak.

     

  12. dewi
    http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/perfectionism.html?showComment=1249832410910#c7583378489655316813'> August 9, 2009 at 8:40 AM

    teori sigmund freud.. yang bener2 bagus. sbenarnya ju2r aq juga ngalamin hal bgitu mas..tpi aq ambil hikmah aja.. walau memang ada bekas "luka" di hati. nice posting.. oh ya ada award n peer di rumah q .. klo gak repot silahkan di ambil mas

     

  13. Unknown
    http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/perfectionism.html?showComment=1249884762731#c2733625273724316846'> August 9, 2009 at 11:12 PM

    siang.....apa kabar hari ini?