“Ngliwet” . Anda pasti sudah pernah mendengar istilah ini. Atau malah istilah sehari-hari bagi Anda. Di Jawa, kita sering mendengar yang namanya “sega liwet” atau nasi liwet. Jadi “ngliwet” itu istilah yang digunakan oleh mayoritas orang jawa untuk mendiskripsikan aktivitas menanak nasi dengan menggunkan ketel atau panci. Namun, di sini saya tidak akan membahas mengenai istilah itu secara detail. Saya menyadari bahwa diri saya ini sangat kekurangan informasi untuk membahas mengenai istilah ini. Oleh karena itu, saya hanya akan membahas proses yang terjadi di dalamnya.
Di sini sebenarnya ada sesuatu yang salah tapi jadi kaprah (kesepakatan), yaitu pada istilah menanak nasi. Nasi kok dimasak, apa malah tidak menjadi bubur? bukankah yang dimasak itu beras? tapi mungkin ketika kita mengatakan “menanak beras” kedengarannya juga lucu. Kelucuan ini bukan sama sekali tidak ada yang mendasarinya, tapi hal ini terjadi karena telinga kita sejak awal sudah mendengar istilah itu dan sampai sekarang masih menggunakannya.
Saya tidak tahu apakah dalam kata “ngliwet” itu terdapat kata dasarnya atau tidak. Tapi, jika memang tidak ada berarti hal itu hanya bentuk ungkapan saja yang tidak dapat ditelusuri secara morfologi atau kata para penghuni padang pasir sana istilahnya sima’i (mulut ke mulut). Coba sebentar saja anda ucapkan kata “ngliwet” dengan mengedepankan rasa! apa yang anda tangkap?
Kata “ngliwet” dalam rasa saya merupakan suatu istilah untuk mengungkapkan usaha seseorang untuk menaklukan keangkuhan dan kekuatan yang ada dalam diri beras sehingga ia lemah, lemas, dan tak berdaya lagi yang kemudia dia mampu menguasainya.
Anda mau makan beras setiap hari tanpa terlebih dahulu memasaknya? Kalau saya jelas tidak mau. Oleh karenanya, saya lebih memilih nasi daripada beras tapi ya hanya saat mau makan saja. Ada beberapa hal yang mesti dilakukan ketika akan, sedang, atau sesudah “ngliwet” . Biasanya para ibu terlebih dahulu menyalakan api di pawon, kemudian memasak air menggunakan ketel. Dulu ketika saya masih kecil atau mungkin saat ini juga masih, terutama para ibu yang tinggal di pedesaan sembari menunggu air panas beras itu terlebih dahulu ditapeni atau diayaki, duh apa ya bahasa Indonesianya. Mudahnya, beras itu harus dibersihkan terlebih dahulu dari batu-batu kecil, atau, gabah, dan lain sebagainya.
Setelah itu kemudian beras yang sudah bersih dari material lain dicuci dengan air atau dipesusi supaya bersih dari kotoran yang tidak terlihat dengan mata telanjang dan agar tidak bau apek. Sekiranya air sudah panas baru kemudian beras yang sudah bersih itu dimasukkan ke dalam ketel. Nanti, setelah lumayan setengah matang, nasi diaduk dan setelah dirasa tanak maka berarti nasi sudah matang. Nasi yang baru masak tentu saja tidak bisa langsung dimakan karena masih panas. Biasanya kalau orang desa, nasi sebelum dimakan itu diangi-angi atau ditaruh di tempat yang terbuat dari bambu dengan di anyam dalam ukuran besar. Nasi dikipasi dan dibolak-balik dengan menggunakan centong yang terbuat dari kayu. Setelah lumayan dingin baru nasi bisa dimakan.
Dari proses yang panjang ini sebenarnya terdapat pesan, pelajaran, dan hikmah penting yang sangat berarti untuk kehidupan manusia. Diantaranya isi pesan itu sejauh kemampuan saja merenungi adalah:
- Tidak semua apa yang kita inginkan itu mudah didapatkan.
- Kita butuh pihak lain, baik yang hidup maupun yang mati terutama yang menciptakan semua itu.
- Untuk memperolehnya kita mesti bertahap, tidak dapat langsung didapat.
- Jadi, harus khusu’, sabar, telaten, tekun, kerja keras, dan tawakkal.
- Sesuatu yang sudah kita dapatkan belum tentu dapat langsung kita gunakan dengan seenaknya.
- Kita mesti menyesuaikan hal itu dengan kadar kemampuan dan kapasitas kita.
- Sebagai pengingat bagaimana rasanya orang punya keinginan tapi belum mendapatkannya, maka ajaklah orang lain untuk ikut serta merasakan apa yang telah kita dapatkan.
Semoga kita dapat meneladaninya. Amin
http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/ngliwet.html?showComment=1249467252611#c563263324275916060'> August 5, 2009 at 3:14 AM
Walau sekarang sudah banyak 'rice-cooker' dan 'magic-jar', mbah kung yang tinggal tepat di depan rumahku selalu minta diliwetkan oleh mbah uti.
'Aku arep ma'em sega sing asli' begitu pesannya membuat kami tersenyum geli.
http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/ngliwet.html?showComment=1249479460203#c8756390464268092328'> August 5, 2009 at 6:37 AM
sebentar lagi ramadhan akan ":ngliwet" seluruh umat islam di sunia agar lemah jiwanya, lemas badannya biar bisa merasakan macam mane rasanye orang yang kelaperen.
http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/ngliwet.html?showComment=1249480545734#c1669518821103908370'> August 5, 2009 at 6:55 AM
@eha: orang dulu memang lebih sensitif dalam urusan makan, mereka sangat suka dengan makanan model Jadul
@trimatra: benar sekali Om. Kita di bulan diajak untuk bisa membakar nafsu2 yang ada dalam diri kita supaya menjadi lemah dan tidak mendominasi jiwa kita.
http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/ngliwet.html?showComment=1249484436070#c296904206167212102'> August 5, 2009 at 8:00 AM
salam sobat,,aduh mengingatkan saya,pada saat di YOGYA selalu ada nasi liwet ibu saya sobat,,,memang enak sego liwet ya..lebih tradisional daripada pakai rice cooker.
http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/ngliwet.html?showComment=1249486135734#c7163331048086435560'> August 5, 2009 at 8:28 AM
betul kawan..saya sepakat. hasil berbanding lurus dengan prosesnya. Allah juga melihat suatu proses. dan hasil, Allah yang menentukan :)
http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/ngliwet.html?showComment=1249496928674#c8620019463874424104'> August 5, 2009 at 11:28 AM
lama ndak mampir nee.. kangen sama yg punya blog .. hihihi... gmn kabarnya kawan ??
salam cinta dan damai..
met malem
dan met bobok ...
orang jawa ya mas ?? kok ciri khasnya keluar bangets... ehehhe...
jawanya pundi mas ??
lam kenal yyah.. dari solo...
http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/ngliwet.html?showComment=1249515843020#c3330096103607746892'> August 5, 2009 at 4:44 PM
setuju sekali bro..bravo!!!tercapainya suatu tujuan/keinginan ibaratnya seperti orang ngliwet/menanak nasi.
http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/ngliwet.html?showComment=1249521059333#c8863533104170347671'> August 5, 2009 at 6:10 PM
wah....
tak kirain lg mo kasih resep nasi liwet soalnya aku suka banget hehe...
http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/ngliwet.html?showComment=1249526276716#c6386610140669800018'> August 5, 2009 at 7:37 PM
ya...pernah denger nasi diliwet. ternyata maknanya dalam ya.
http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/ngliwet.html?showComment=1249527078049#c2846657953274947820'> August 5, 2009 at 7:51 PM
salam sobat,,saya di ALJUBAIL.S.A,,tidak pernah ngliwet,,adanya cuma rice cooker,,ya,,yang ada alatnya sajalah,,,dipakai.
http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/ngliwet.html?showComment=1249529095781#c4525072197631670364'> August 5, 2009 at 8:24 PM
assalamualaikum,
salam kenal mas,
ngliwet, di sunda istilahnya ngaliwet. Enak banget, apalagi keraknya. mmhh..
tulisan menarik, gambaran proses ngliwetnya jadi bermakna.
ijin follow ya.
wassalam
http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/ngliwet.html?showComment=1249529741748#c8796398746130778062'> August 5, 2009 at 8:35 PM
banyak pelajaran yg bisa diambil dari "ngliwet" ternyata ya...makasih sharingnya.
http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/ngliwet.html?showComment=1249544802963#c3590957596255938386'> August 6, 2009 at 12:46 AM
heheheh,aku pengen pulang ni jadinya,ibukQ sering "ngliwet" klo kehabisan nasi waktu sore hari,di maem ama sambel hikz...... pengen pulanggggggggg!!!
semua butuh perjuangan!! :)
makasih mas sharingnya!
http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/ngliwet.html?showComment=1249565365495#c6579543625971368666'> August 6, 2009 at 6:29 AM
blog yang sangat antik..
cayoo..semangat,
salam kenal
http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/ngliwet.html?showComment=1249566539556#c7454113551658244124'> August 6, 2009 at 6:48 AM
Muantabbb bro...saluttt
http://nexttofuture.blogspot.com/2009/08/ngliwet.html?showComment=1249645776740#c4363983633014536502'> August 7, 2009 at 4:49 AM
jaaaaah aku jadi lapar berat neh